AKTUALONLINE.co.id MEDAN ||| Rasa bangga bercampur tanda tanya masih menyelubungi benak sebagian masyarakat terhadap sertifikat Adipura yang dianugerahkan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia kepada Kota Medan, sebagai kota bersih kategori metropolitan Selasa, 18 Februari 2023 silam di Jakarta. Maklum, cuma jurinya yang tahu.
Penilaian juri yang tertutup, malah menambah kesal masyarakat. Tidak ada tanda-tanda titik mana yang dipantau, komponen apa saja yang dilihat serta seperti apa rumusannya sehingga Kota Medan layak dikalungi penghargaan Adipura.
Korwil Pusat Monitoring Politik dan Hukum Indonesia (PMPHI) Provinsi Sumut, Drs. Gandi Parapat menebak, penghargaan tersebut bisa saja diperoleh. Memang sekarang Kota Medan bersih, gapura batas kota ditata, lampu-lampu bertambah, parit-parit diperbaiki dan trotoarpun juga dibenahi.
“Kita kan tidak tahu ini sebagai orang awam. Cuma juri yang bisa menilainya dan memberikan penghargaan Adipura.l,” sindir Gandi, Rabu (1/3/2023) pagi
Namun, jika diamati secara cermat pembangunan yang dilakukan hanya merusak citra Kota Medan, sebab pekerjaannya yang amburadul, tidak tepat waktu dan terkesan tidak transparan. Misalnya soal gapura batas kota, setelah habis masa perpanjangan kontrak proyek tersebut tidak kelar juga. Malah, permintaan elemen masyarakat agar kadisnya dievaluasi tidak juga direalisasikan.
Soal lampu jalan juga sudah kelar. Tiang-tiang sudah kokoh berdiri. Walaupun banyak yang mengeluh saat malam hari lampunya dominan menerangi ke arah rumah-rumah mewah dan redup ke arah jalan. Malah di beberapa titik ada yang kerlap kerlip seperti mode diskotik. Bahkan, kabar terakhir ada tiang yang sudah rubuh.
Parit-parit kota juga telah dikorek. Cantik, karena dipasang u-ditch yang besar. Hanya saja, para pekerja menyisakan persoalan baru. Titik perbaikan drainase tidak dirapikan kembali, material sisa pengorekan masih tertinggal. Aspal yang terkelupas akibat proyek belum juga dibenahi. Mungkin lokasi ini tidak menjadi jalur yang dilewati oleh Presiden Joko Widodo waktu kunjungannya di hari pers nasional.
“Contoh saja di jlan Panglima Denai Amplas, jalan yang rusak satu malam seperti kena sulap, paginya cantik,” cecarnya.
Soal trotoar yang dibangun juga kontroversial. Seperti yang dikesawan, jalan yang sempit malah menjadi semakin menyempit karena lebarnya trotoar yang direvitalisasi. Yang terpenting adalah soal sampah. Sesekali Wali Kota Medan atau pejabat lainnya patut mengunjungi wilayah ibu kota Provinsi Sumut ini tanpa agenda atau pengawalan. Agar agenda setting tidak berpengaruh besar.
“Benarkah sertifikat Adipura ini layak. Kita tidak bisa bilang tidak. Seperti di awal tadi saja tegaskan. Cuma juri yang tahu. Kita syukuri sajalah,” tutupnya.||| Prasetiyo
Editor : Pras