Advertisements

AKTUALONLINE.co.id DELISERDANG ||| Aksi pengerahan puluhan personil Satpol PP oleh Dispora Sumut untuk mengawal pengukuran tanah oleh PT. PP menjadi sebab batalnya puasa umat muslim di kalangan kelompok tani, karena berusaha menolak dilakukannya pengukuran tanah sport centre yang cacat proses dan melawan hukum.

Pagi itu, Rabu (23/3/2023) petugas ukur membawa theodolite dikawal Satpol PP dan didampingi beberapa anggota TNI serta pegawai Dispora Sumut, masuk ke lahan. Kelompok tani yang mengetahui kedatangan mereka langsung menghampiri dan mulai menjelaskan persoalan di tanah yang diklaim oleh pemprov adalah milik mereka.

“Ini bukan tanah Pemprov Sumut pak, sertifikat sudah batal. Dan perkaranya juga masih belum tuntas di PN. Atas dasar apa bapak melakukan pengukuran. Lebih baik pulang dulu. Tunggu semuanya jelas,” ungkap Mami selaku ketua kelompok tani, memberikan keterangan kepada petugas ukur dan Satpol PP.

Namun, komunikasi yang dibangun tidak digubris. Aksi Satpol PP menginstruksikan agar petugas ukur menjalankan tugasnya, menjadi penyebab emak-emak dari kelompok tani naik pitam dan berusaha menghentikan kegitan ilegal itu.

Selain adu mulut, sempat terjadi saling dorong antara kelompok tani dan petugas. Apadaya, jumlah pengamanan yang begitu banyak membuat kelompok tani kewalahan dan kelelahan. Hingga akhirnya pegawai PT. PP leluasa melakukan pengukuran.

“Mau gimana lagi bang, sudah kami bertahan tapi jumlah mereka banyak. Kami yang puasa jadinya batal gara-gara mereka. Emosi kami, hari pun panas kali. Begini rupanya pemerintah mengajarkan kepada rakyatnya. Meski salah, rebut saja. Tidak ada yang namanya hukum lagi,” ucap Mami.

Sementara itu, Kepala Sub Koordinator dan Kelompok Jabatan Fungsional Satpol PP Deli Serdang, Agus Supriyanto yang hadir memantau jalannya pengamanan enggan memberikan komentar terkait aksi pengamanan yang mereka lakukan. Ia menyarankan www.aktualonline.co.id ke kantornya atau langsung kepada Sekdispora Sumut, Ismail.

Terpisah, Zulkarnaen seorang pendakwah Islam mengaku sedih mendengar kabar adanya pihak yang batal puasanya di awal ramadhan. Menurutnya, tindakan yang dilakukan pihak Dispora Sumut telah merusak esensi bulan Ramadhan, yakni untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

“Sebagaimana firman Allah dalam Al Baqarah ayat 183, puasa itu wajib untuk meningkatkan ketakwaan kita. Ini baru hari pertama puasa, ada saudara kita yang muslim dihadapkan dengan cobaan yang berat. Harus berhadapan dengan penguasa. Yang jadi penguasa sudah tahu tidak esensi Ramadhan,” sindir sang ustadz.

Dilanjutkan Zul bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Persoalan di tanah yang diakui sepihak oleh Pemrov Sumut dapat selesai jika mereka mau terbuka, dan mengajak para kelompok tani untuk duduk bareng, bukan menganggarkan kekuasaan ataupun materi yang hakekatnya merupakan titipan dari Allah. Begitupun kelompok tani, menurut Zul tidak akan melawan jika pemerintah mampu menjadi pengayom dan mencontohkan kebenaran.

“Islam itu rahmatan lil’alamin. Kenala persolan ini hrus berlarut. Kenapa kedua belah pihak tidak duduk bareng. Atau sama-sama menunjukkan faktanya, bukan menutupi atau menghindar serta menunjukkan kekuasaan untuk merebut suatu hal. Itu sangat dibenci Allah. Ayolah, ini bulan puasa, mari kita sama-sama beribadah. Pikirkan nasib saudara-saudara kita yang muslim yang menjadi korban di sport centre,” nasehatnya. |||  Prasetiyo

 

 

Editor : Pras