Oleh: Artha Siahaan, Aura Lesmana, Indriyani, Siti Aisyah, Ronal Sihite
Sejak lama perpustakaan telah memainkan peran sebagai lembaga yang memastikan akses ke pengetahuan dan mempertahankan warisan budaya. Namun, di era digital, lembaga ini menghadapi tantangan berbeda untuk melestarikan koleksi yang dapat dipertahankan di masa depan. Penting untuk memastikan pelestarian bahan pustaka dengan melakukan manajemen koleksi yang tepat.
Tujuannya adalah melindungi bahan pustaka dari kerusakan fisik dan kimia untuk memastikan isi dan informasi dari bahan pustaka tetap terjaga sehingga dapat terus diakses sampai ke masa yang akan datang.
Hal ini mencakup semua pertimbangan manajerial mulai dari pengelolaan keuangan, cara penyimpanan, kebijakan, tenaga, teknik dan metode untuk melestarikan yang meliputi langkah-langkah pengawasan lingkungan, termasuk suhu, kelembaban, dan pencahayaan yang diatur dengan benar. Pelestarian dapat dilakukan melalui tiga cara yakni konservasi, restorasi dan digitalisasi.
Konservasi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka. Namun, jika koleksi tersebut ternyata telah mengalami kerusakan secara fisik, seperti rapuh, rusak jilidan, sobek, terkena noda, atau kerusakan lainnya akibat perbuatan manusia maupun secara alami misalnya hewan, udara, dan lingkungan maka dilakukanlah perbaikan agar koleksi dapat kembali digunakan dan tindakan inilah yang dikatakan sebagai tindakan restorasi.
Sementara digitalisasi adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dan daya guna suatu koleksi yang mungkin pada saat ini belum rusak atau belum berubah fisiknya, namun ditakutkan akan mengalami kerusakan, hilang, dan kemungkinan terbatasnya koleksi yang tinggi peminat di masa mendatang dengan mengalihmediakannya dalam format digital.
Tindakan konservasi dapat dilakukan dengan melakukan pemeliharaan bahan pustaka baik saat sedang berada di raknya maupun saat di tangan pemustaka, seperti melakukan survei tentang kondisi kerusakan dan fasilitas perpustakaan, membuat kebijakan ,melakukan kontrol lingkungan perpustakaan, memasang pengusir serangga (kapur barus), silica gel, fumigasi, dll. Jika telah terjadi kerusakan, bahan pustaka dapat dipulihkan melalui tindakan restorasi seperti penjilidan untuk sampul yang lepas, menambal dan menyambung kertas yang robek, laminasi dan enkapsulasi, serta proses yang melibatkan bahan-bahan kimia seperti bleaching dan lain sebagainya. Kemudian, tahapan digitalisasi dapat dilakukan dengan mengalihmediakan bahan pustaka ke dalam bentuk dan format yang berbeda dari bentuk aslinya. Misalnya, mengubah koleksi tercetak ke dalam format digital (pdf, swf, html) yang disimpan dalam bentuk yang dapat dilayankan di tempat seperti CD/DVD atau layanan daring seperti server dengan format html.
Tujuan dari semua tindakan ini adalah membuat bahan pustaka bertahan lebih lama dan tetap terjaga agar dapat terus dilestarikan. Konsep preservasi yang meliputi konservasi, restorasi dan digitalisasi seharusnya tidak hanya saling berdiri sendiri, tapi harus saling melengkapi meskipun semuanya memiliki fokus dan metode yang berbeda. Sebagai tindakan selanjutnya, perpustakaan perlu mengembangkan lebih lanjut aspek ini dalam kebijakannya. Pustakawan harus dilatih, manajemen harus dibentuk sedemikian rupa, serta layanan harus menawarkan perawatan yang tepat. Kolaborasi dengan institusi penelitian dan komunitas konservasi dapat membantu dalam hal ini. Teknologi, termasuk kecerdasan buatan juga harus digunakan.
Teknologi modern dapat digunakan untuk melakukan analisis cepat dan memprediksi kerusakan yang terjadi hingga perawatan yang dibutuhkan. Ini membantu perpustakaan untuk berkembang sejalan dengan teknologi.
Perpustakaan di masa depan perlu menerapkan perubahan dan menganggap bahwa mengintegrasikan preservasi dan konservasi adalah kriteria penting agar warisan pengetahuan dan kebudayaan tetap dapat diakses oleh generasi berikutnya. Dengan kata lain, dengan dedikasi terhadap pelestarian, inovasi, dan transformasi berkelanjutan, perpustakaan akan berlanjut menjadi sumber yang tetap relevan untuk masyarakat.|||Sahat MT Sirait
Editor: SMTS