* PT TPL Akan Buat Papan Informasi
AKTUALONLINE.co.id SIMALUNGUN |||
Tak bisa dipungkiri perkembangan Reptilia (binatang melata) beragam jenis Bodat dan Monyet yang kini menjadi hama jalanan di kawasan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) menuju obyek wisata Panatapan Sibaganding-Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Sumut semakin meresahkan dan mengganggu pengguna jalan umum.

Akibatnya, banyak juga ‘Bodat’ ini yang tertabrak kenderaan, karena makhluk liar ini justru mangkal di pinggir jalan, bahkan bergantungan di kabel telepon, di papan-papan reklame, bahkan ada juga yang menunggu belas kasihan dari pengunjung jika ada yang melemparkan sisa makanan, atau sisa buah di tepi jalan, karena monyet itu mangkal di atas gadril (besi pengaman jalan) sambil menggendong anaknya dan bergerombol. Hama inipun sudah sering mengganggu sejumlah warung-warung di kawasan Panatapan Sibaganding, kemungkinan karena lapar.
Tahun lalu oleh penggiat dan melalui salah satu pihak BPODT sempat berkeinginan untuk kerjasama mengurus Bodat-Bodat yang berkeliaran disana, namun entah kenapa, MoU itu kandas, dan terkesan hanya menghabiskan anggaran semata.
Namun saat ini, oleh pihak Management PT Toba Pulp Lestari (PT TPL),Tbk ingin membuat papan informasi (plang pemberitahuan) yang akan ditempatkan di tempat strategis dari dan menuju kawasan Monkey Protektion (penangkaran monyet), di kawasan Hutan Sibaganding, Nagori Sibaganding yang juga berdekatan dengan dari Simpang perkebunan PT TPL Sektor Aek Nauli.

Dan menurut Tagor Manik dari pihak PT TPL, tujuannya ingin melindungi hewan liar itu, pihaknya juga mendukung Wisata Monkey Forest Sibaganding, dan PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) akan memasang papan Informasi dan papan himbauan di sejumlah titik di ruas Jalan lintas Sumatera, Panatapan Nagori Sibaganding, Kacamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, Ujarnya.
Selain supaya pengendara berhati-hati saat berkendara disana, pemasangan papan Informasi tersebut bertujuan untuk mengedukasi wisatawan sekaligus mencantumkan nama-nama Hewan Satwa yang berada di objek Wisata Monkey Forest tersebut dan sekaligus untuk menginformasikan kepada masyarakat dan wisatawan hal-hal maupun aktivitas yang boleh dilakukan selama berada di dalam kawasan Monkey Forest Sibaganding,’ ujar Tagor Manik didampingi Ramida Siringoringo, saat dikonfirmasi Selasa (23/3/2021).
Menurut Tagor, dalam papan informasi itu nantinya juga akan dicantumkan berupa himbauan supaya pengunjung dan pengendara lainnya tidak melemparkan makanan di tepi jalan, supaya satwa liar ini bisa dikendalikan kembali dan masuk ke tengah hutan, apalagi disana nantinya pihak pengelola penangkaran monyet itu dapat menghalau monyet-monyet tersebut masuk ke dalam hutan, jadi tidak mengganggu pengendara dan tidak membahayakan monyetnya, Katanya.
Sementara itu Kepala Bidang Pemeliharaan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Anas Y Lubis menyampaikan ucapan terimakasih kepada manajemen PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TPL) yang telah mendukung memajukan wisata Monkey Forest Sibaganding dengan memasang papan himbauan dan papan informasi di sejumlah titik ruas jalan strategis menuju kawasan Danau Toba kita ini, Ujarnya.
Terkait situasional dan pengelolaan ‘kawasan hutan monyet’ di Sibaganding, sebenarnya sudah sejak lama tersiar, bahkan sejumlah bantuan pernah mengucur kesana, baik dari Pemkab Simalungun melalui Dinas Pariwisata era Alam Pak Bondet Damanik, dan era Yayasan pengelola, lalu pernah juga ada WNI Turunan yang juga toke pisang, yang dulu kerab memberikan pisang satu pik up setiap dia lintas Jalinsum Sibaganding itu. Alhasil, monyet-monyet itu bertumbuh subur dan bertahan disana, hingga beragam cara pemeliharaan terhadap binatang liar itu.
Manik bersaudara juga pernah memelihara sekaligus menjaga penangkaran monyet-monyet itu dan kesohor lewat ekspos keberagam media, baik televisi maupun media cetak, namun obyek yang satu ini kadang luput dari perhatian karena pengelolaan yang kurang ‘termenejemen’ baik dari pihak pengelola, apalagi dari BKSDA Sumut dan pihak Dinas Pariwisata Sumut, sebab lokasi penangkaran monyet dan sejenisnya itu berada di kawasan hutan lindung dan berdekatan dengan batu lubang Sibaganding, yang seharusnya dilindungi, dilestarikan, dan dirawat jaga dengan baik namun kini banyak orang yang hanya berprihatin dan untuk batu lubang dengan sejarahnya itu hanya tinggal kenangan, di lokasi patung Marsuse Sibaganding.
Pun demikian masih ada pihak yang ingin mengadopsi situasional Penangkaran monyet itu dengan beragam kepentingan, seperti yang disampaikan B Bakkara di Sualan. ||| ZESS
Editor : Zul