Advertisements

AKTUALONLINE.co.id MEDAN ||| Ditinggal pergi naik haji oleh Kepala Sekolah SMA 21 Medan Sunariyo, Plh nya membeberkan tentang kutipan liar berdalih uang LKS bagi seluruh siswa yang ada di sekolahnya. Persoalan ini diungkapkannya pada www.aktualonline.co.id karena merasa bertentangan dengan hati nurani.

Pria yang akrab disapa Lilik tersebut mengungkapkan, selain jual beli buku yang sebenarnya melanggar Permendikbud Nomor 75 tahun 2016 tentang komite sekolah Pasal 12 yang melarang jual beli buku pelajaran, harga penjualan buku yang mahal menjadi alasan dirinya mengundurkan diri keanggota koperasi sekolah.

“Sampai sekarang, saya tidak cocok, di situlah hati memberontak, makanya saya mengundurkan diri. kalau LKS dulu 3 periode lalu, saya ketua koperasi. Saya punya misi di tahun pertama, kalau LKS kalaupun ada tidak usah mahal-mahal,” jelas pria berusia 56 tahun di bulan Desember ini.

Pernyataan tersebut dilantangkan Lilik karena pengalamannya sebagai seorang suplier buku. Sehingga, ia bukan saja mengetahui harga tapi juga memahami berapa keuntungan yang didapat dari penjualan buku. Namun, kebijakan jual beli LKS saat ini bukanlah wewenangnya, melainkan Kepala Sekolah.

“Saya suplier tahun 90 dari harga LKS Rp.900. Visi saya, kalau saya jadi pucuk pimpinan, LKS juga saya gratiskan. artinya gini, edaran secara implisit, tidak ada andil saya,” akunya jelas.

Meski hatinya memberontak, namun Lilik meyadari bahwa saat ini ia hanyalah Plh, dan menjabat sebagai wakil kepala sekolah setelah sang kepala sekolah kembali memimpin.

Sementara itu, informasi yang kami dapatkan dari narasumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, siswa di SMAN 21 diharusnya membeli buku LKS sebanyak 15 buah dengan harga Rp. 15 ribu perbuku. Sebelumnya, sekolah ini rutin melakukan kutipan di luar biaya sekolah, seperti sumbangan pembangunan aula sebesar Rp.500ribu.

“Kami sekolah di negeri karena kami kurang mampu pak. Tapi, kutipannya ada aja di sekolah ini. Tolong pak disampaikan agar kadis pendidikan Sumut, Gubernur, Menteri Pendidikan, sampai Presiden tahu,” keluhnya. ||| Red

 

 

Editor : Pras